Manajemen Keuangan

Oleh : Alihozi


"…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal". (Luqman :34).

Pada masa sekarang ini manusia kurang sadar atau tidak mau sadar
sekarang manusia pada umumnya sudah terjebak dalam perekonomian
kapitalis, dan kalau hendak melepaskan diri adalah sukar dan payah
sekali. Mereka ini terdiri dari golongan manusia yang memberikan hak
kekuasaan (Imperialisme) kepada modal (kapitalisme) , dalam arti yang
tidak terbatas. Banyak sekali yang membenci dan menentang imperialisme
dan kapitalisme tetapi dalam soal ekonomi ini tidak menolak atau pura
– pura tidak menolak. Contohnya adalah dengan memakai salah satu alat
dalam system ekonomi kapitalis yaitu system bunga (riba)

System bunga (riba) bukan dari system Islam, tetapi dari system
jahiliyah baik yang dahulu ataupun kontemporer- konvensional. System
bunga (riba) bukan timbul dari ajaran Wahyu yang bersumber dari Allah
Taala. System bunga (riba) jelas haram, diperangi Allah Taala dan
Rasul-Nya dan pendapatan yang diperoleh darinya tidak berkah dan
dilaknat Allah Taala. Terbukti bahwa individu atau kelompok atau
negara yang mendapat penghasilan atau membangun dengan menggunakan
uang riba ternyata selalu dirundung nestapa dan duka yang tiada hentinya.

Kita tentu masih ingat waktu krisis moneter tahun 1997-1998 yang
berimbas kepada krisis perbankan melanda tanah air, suku bunga
perbankan mencapai 70%. Walaupun suku bunga sudah mencapai setinggi
itu, tetap saja waktu itu para nasabah bank konvensional banyak yang
ingin melakukan penarikan dana tabungan besar-besaran dari perbankan.
Kalau pemerintah waktu itu tidak turun tangan memulihkan kepercayaan
terhadap perbankan nasional dengan memberikan bantuan finansial
seperti program BLBI dan program Rekapitalisasi , niscaya semua
nasabah perbankan konvensional tsb tidak akan bisa menarik dananya
kembali dari perbankan karena perbankan nasional waktu itu banyak yang
mengalami kondisi negative spread yaitu suatu kondisi di mana
pendapatan bunga dari peminjam lebih kecil daripada beban bunga yang
harus dibayarkan kepada nasabah penabung.

Sekarang pada tahun 2008 ini dan tahun- tahun yang akan datang apakah
krisis moneter dan krisis perbankan jilid ke dua bisa terjadi lagi di
tanah air ? kemungkinan ini bisa saja terjadi , indikatornya adalah
masih adanya pembayaran bunga obligasi dari APBN untuk bank-bank rekap
yang mencapai Rp 45 triliun pertahunnya, beban bunga yang berat ini
setiap tahunnya berimbas kepada dikuranginya berbagai macam bentuk
subsidi untuk rakyat seperti subsidi BBM, dengan kenaikan harga BBM
harga-harga barang dan jasa pun ikut melonjak.. Bagaimana bangsa ini
akan keluar dari krisis kalau masih ada pembayaran bunga obligasi
untuk bank-bank rekap?

Andaikan terjadi lagi krisis perbankan jilid ke 2, pemerintah sudah
tidak lagi memberikan bantuan kepada perbankan nasional karena sudah
dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sedangkan LPS sendiri
dananya tidak sebanding dengan total asset perbankan nasional dan LPS
hanya akan mengganti dana tabungan nasabah bank sampai batas nominal
tertentu saja.

Allah,SWT berfirman di dalam Al-Qur'an :

"…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal". (Luqman :34).

Firman Allah,SWT dalam ayat lain :

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr ayat 18)

Bila melihat kenyataan dan memperhatikan firman Allah SWT di atas,
kita tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi esok, apakah krisis
jilid ke 2 bisa terjadi lagi atau tidak, yang jelas adalah kita
diperintahkan Allah, SWT untuk berusaha semaksimal mungkin agar kita
tidak mengalami kerugian di dunia maupun di akhirat kelak.

Oleh karena itu sudah saatnya mulai sekarang kita semua bila tidak
ingin rugi dunia dan akhirat, dalam memanage keuangan pribadi maupun
perusahaan lebih baik tidak hanya melihat tingginya tingkat suku bunga
perbankan jika kita menginvestasikan dana ke perbankan , ataupun
tingginya tingkat return hasil apabila dana diinvestasikan bukan di
perbankan. Tetapi lebih melihat kepada tingkat amannya yakni apakah
dana yang diinvestasikan bisa ditarik kembali jika sewaktu-waktu
dibutuhkan. Dan tingkat aman yang ideal hanya bisa dicapai apabila
kita dalam memanage keuangan memakai manajemen keuangan Islami yakni
memanage keuangan yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang mengajarkan kita bagaimana memanage
keuangan secara islami itu , pada kesempatan ini saya akan memberikan
beberapa contohnya saja yaitu:

1. Meninggalkan riba (system bunga) dan kembali kepada system ekonomi
syariah.
(Al-Baqarah : 275-278).
2. Meninggalkan segala bentuk pemborosan harta (Al-Isra: 26-27)
3. Meninggalkan segala bentuk usaha yang batil dalam mencari
penghasilan (An-Nisa :29)
4. Meninggalkan segala bentuk usaha yang spekulatif /perjudian.
(Al-Maidah :90)
5. Memperbanyak amal/meninggalkan sifat kikir terhadap harta (Al-Isra-29)

Wallahu'alam

Al-Faqir

Alihozi http://Alihozi77.blogspot.com

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post