Ramadhan dengan Kesedihan

----- Pesan Diteruskan ----
Dari: irwanpiesessa

Ramadhan dengan Kesedihan

Oleh Mashadi

"Ibu! Berapa ikat sayur bayam yang kita beli?, tanya Insani, pada
ibunya. Ibu dan anaknya termangu memperhatikan sayur bayam yang
teronggok. Ibu muda itu hanya dapat memandanginya. "Tak membeli dua
ikat sayur bayam ya … Aku juga ingin membeli kolak", tambah Insani.
"Ibu uangnya tak cukup nak", tambah ibunya.
Ibu muda yang disertai anaknya itu, mengelilingi pasar, di sekitar
Jalan Raya Bogor.

Mereka hanya melihat barang-barang kebutuhan pokok. Tapi, ia tak mampu
membelinya. Uang yang mereka miliki sangat sedikit. Awal ramadhan buat
mereka, hanyalah kesedihan. Keluarga itu tak mampu memenuhi kebutuhan
pokok mereka. Kadang mereka berbuka hanya dengan sebungkus mie. Ada
lagi keluarga yang saur dan berbuka dengan singkong serta tempe.
Selama ramadhan.

Di pasar para pembeli hanya hilir mudik. Mereka bingung akan membeli
apa. Seperti orang yang tak tahu mau melakukan apa? Setiap tahun sudah
ajek. Saat menjelang ramadhan atau ied fithri, harga kebutuhan pokok
melonjak, yang tak terjangkau bagi kalangan lapisan bawah.

Nilai uang masyarakat terus digerogoti inflasi. Uang menjadi tak
berarti. Karena harga barang-barang terus naik. Penghasilan rakyat tak
bertambah. Dari waktu ke waktu penghasilan mereka, justru cenderung
menurun. Kemampuan daya beli rakyat terus berkurang, mereka tak mampu
lagi memenuhi kebutuhan pokok mereka. Di tambah setiap hari jumlah
orang yang menganggur semakin banyak. Pabrik-pabrik tutup. Karena para
pemilik modal memindahkan investasi mereka ke negara lain.

Memang nasib masyarakat lapisan bawah makin tragis. Mereka adalah kuli
bangunan, sopir, buruh musiman, tukang ojek, tukang mie, buruh tani,
para nelayan, dan para pedagang asongan, nasib mereka semakin
terpuruk. Ini akibat berbagai kebijakan yang semakin tak memihak
mereka. Minyak langka. Harga gas terus naik. Harga BBM terus
dinaikkan. Disesuaikan dengan harga BBM dipasaran internasinal. Agar
para pemilik modal asing bisa bermain di pasar lokal. Dengan
mengorbankan masyarakat kecil. Tak peduli jeritan rakyat.

Beberapa tahun ini, setidaknya sudah tiga kali harga BBM dinaikkan.
Dan, yang paling tinggi, ketika kenaikkan BBM di bulan Oktober 2005,
kenaikan yang lebih dari seratus persen. Rakyat kecil langsung
terpukul secara ekonomi, mereka tak mampu bangkit lagi.

Ketika rakyat sudah beralih dari minyak tanah ke gas, tapi sekarang
harga gas terus naik. Mereka kehilangan kebutuhan pokok, yaitu bahan
bakar, yang mereka gunakan kebutuhan sehari-hari. Paradok. Gas dan
minyak di eksport keluar negeri. Di dalam negeri kesulitan pasokan
bahan bakar. Cerita paling akhir tentang Indonesia yang dirugikan
ratusan trilyun, akibat kesepakatan antara Mega dengan Cina, yang
konon sambil berdansa menandatangani penjualan gas, yang sangat murah.
Mega berdansa dengan Presiden Cinta, Fu Jianto di Beizing.

Kini, tukang ojek tak lagi dapat bergembira, karena penghasilan mereka
terus menurun. Tak mungkin lagi mereka dapat membawa pulang uang
Rp50.000 rupiah. Bahkan, di antara mereka ada yang tidak berani
pulang. Karena, mereka hanya mendapatkan uang Rp20.000 rupiah,
sementara ia harus membiayai empat anaknya yang masih sekolah.Apalagi,
buruh musiman, tukang mie, buruh tani, para nelayan, para pedagang
asongan, usaha mereka semakin tergerus dengan kenaikan harga, sampai
ada peristiwa tragis, di Padeglang, seorang pedagang mie yang bunuh
diri, karena selalu rugi.

Anak-anak yang mengemis di jalan-jalan, di kereta, di pasar, jumlahnya
makin banyak. Pengamen tak terhitung lagi. Mereka semuanya di bulan
ramadhan ini tetap harus survive.Harus tetap hidup. Harus tetap
mencari nafkah. Seberapa pun dapatnya. Mereka tak pernah menyerah
dengan keadaan. Mereka harus menjalani kehidupan. Betapapun sangat
berat. Anak-anak kecil yang masih belum waktunya mencari rezeki
(nafkah) mereka di perempatan lampu merah, kadang-kadang sampai larut.
Mereka tinggal di tempat-tempat yang kotor, yang tak layak. Mereka
terus menjalani kehidupan ini dengan segala peristiwa dan penderitaan
yang mereka alami..

Ramadhan tahun ini sejuk. Di awali dengan hujan, dan mendung. Tak
terasa terik matahari. Seakan Allah tabarakallahu ta'ala menurunkan
rahmat Nya bagi seluruh umat manusia. Tapi, belum mengubah nasib
mereka, orang-orang yang miskin. Orang-orang ramai melaksanakan shalat
di masjid-masjid, di malam hari, yang menandakan datangnya bulan ramadhan.

Tapi, bagaimana nasib mereka? Nasib rakyat yang miskin, yang papa, dan
tak memiliki apa-apa?Al-qur' anul Karim di dalam surat al-Hasyr, ayat:
6, Allah memerintahkan agar kekayaan tidak hanya berputar di antara
orang-orang yang kaya (para aghniya'). Tapi didistribusikan dengan
adil, ke seluruh penduduk. Ini hanya dapat dilakukan oleh seorang
pemimpin yang adil, yang zuhud terhadap dunia. Kekuasaan yang dimiliki
bukan hanya untuk menumpuk kekayaan, tanpa mempedulikan jeritan dan
penderitaan rakyatnya.

Khalifah Abu BakarAs-Shidiq, ketika berkuasa, setiap pagi mengunjungi
rumah seorang janda tua renta, miskin, dan tidak lagi memiliki
apa-apa. Apa yang dikerjakan Abu Bakar? Dia menyapu rumahnya,
memerahkan susu, dan menyiapkan makanan buat wanita tua itu. Padahal,
dia seorang khalifah, yang sangat mulia, orang pertama sesudah Baginda
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Di masa Abu Bakar, orang-orang
yang kaya yang tidak membayar zakat diperangi. Orang fakir miskin
nasibnya dilindungi.

Sekarang mereka yang menjadi `pemimpin' hanya tipe orang-orang yang
tamak, rakus dunia, dan hanya mengumpulkan kekayaan, yang tak
terbatas. Sementera itu, kondisi rakyatnya terus menderita. Wallahu.

http://www.eramuslim.com

===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post