Anak Perempuan Kecil itu dan ojek payungnya

Anak Perempuan Kecil itu dan ojek payungnya

Kejadiannya hari Jum'at di bulan February 2009 yang lalu, selesai makan
siang di Mall Ambasador.
Hujan deras, sementara aku harus segera kembali ke kantor, bagaimana pun
caranya.
Walaupun lokasi kantor dan Mall Ambasador sangat dekat (cuma nyebrang saja),
tapi hujan yang deras gak mungkin di terjang begitu saja. Alhasil Ojek
payung pun menjadi alternatif utama.

Ketika itu berdiri tepat didepanku seorang anak perempuan kecil yang masih
mengenakan seragam putih merah. Lusuh, basah kuyup, menggigil, sambil
memegang payung dan menawarkan jasa mengantar ku ke tempat tujuan.
Sempat sedikit terenyuh melihat wajah lugu anak perempuan itu, dan lalu
menerima jasanya untuk mengantarku kesebrang.
Sepanjang perjalanan itu sedikit pertanyaan terlontar dariku. Kira-kira
obrolan singkat kami seperti ini :

Tera (T) : "Kok masih pakai seragam sekolah?? bolos ya?"

Ojek Payung (OP) : "Udah pulang bu.. terus langsung ngojek payung.."

T : "Emang kamu kelas berapa sekolahnya?? kok enggak ganti baju dulu sih..??
Kan bajunya bisa kotor lho.."

OP : "Saya kelas 3 Bu. Enggak sempet bu, soalnya ibu saya udah nyuruh supaya
cepetan ngojekin payung disini.."

T : "Lhoo.. emang uang hasil ojek payung ini untuk apa?? untuk jajan kamu
atau untuk ibu kamu dek?"

OP : "Buat ibu saya Bu, trus kalo ada sisa baru deh buat beli buku tulis dan
pensil."

*aku sempet terdiam mendenger jawaban polos anak perempuan itu*

T : "emangnya bapak kamu kemana?? kamu punya kakak nggak??"

*dua pertanyaan itu sepertinya sedikit membuat bingung anak itu. Maka aku
ulangi dengan lebih pelan*

T : "Bapak kamu kerja dimana dek?"

OP : "Bapak saya enggak ada Bu.."

T : "Kemana..? " *duuhh ini sungguh pertanyaan bodoh yang spontan terlontar*

OP : "Enggak tau kemana. Dari kecil saya enggak pernah ketemu bapak saya
Bu.."

*aku bener-bener ngerasa bersalah atas pertanyaan itu. Sungguh, seketika
pengen banget peluk anak perempuan kecil itu dan bilang : tinggal sama kakak
aja yuk, biar gak perlu hujan-hujanan cari uang seperti ini... :((

T : "Kamu punya kakak??"

OP : "Enggak punya Bu. Adanya adek, 2 orang"

*haduuhhh, aku semakin terenyuh sama keadaan anak ini. Udah, aku
menghentikan pertanyaan yang akan makin membuat aku sedih itu*

Akhirnya, sampai juga kami didepan teras gedung kantor aku.
Sambil mengambil dompet, aku menatap iba anak perempuan yang sedang sibuk
melipat payungnya.

T : "Kamu udah makan siang dek?"

*anak itu hanya diam. Tapi aku mengerti maksut dari diamnya itu*

T : *sambil memberikan beberapa lembar rupiah* "Ini untuk ongkos ojek payung
barusan ya, terus ini saya tambahin untuk untuk makan siang kamu, yang ini
beneran buat beli makan siang ya, gak boleh untuk yang lain. Uang hasil ojek
payung hari ini, kamu kasih ke ibu kamu semuanya ya. Nah ini saya kasih lagi
ke kamu untuk beli buku tulis dan pinsil yah.."

*anak itu cuma bengong sambil melihat wajah aku dengan mata berkaca. Iya
berkaca-kaca beneran, terus dia salim (cium tangan) ke aku.*

T : "eh lho... gak apa-apa dek. Sekolah yang rajin yaa.. Nanti kalo pas
hujan ketemu lagi sama saya yaa.. ntar kita beli buku tulis yaa..."
*ucapanku sempet sedikkit bergetar karna menahan haru*

OP : "Terimakasih ya Bu..."

T : "Iya. Gih, tuh sana balik lagi.. masih banyak yang mau ojek payung..
yah.."

Anak itu pun berlalu. Dan aku menahan haru yang dalam banget.
Anak perempuan kecil kelas 3 SD yang tidak kenal siapa Bapaknya. Harus ikut
menanggung beban membantu ibunya mencari nafkah dan sekedar untuk membeli
buku tulis untuk sekolah.
Tanpa mengetahui persis latar belakang keluarganya, aku yakin pasti
kehidupan keluarga anak perempuan itu jauh dari kata baik.

Jelas saja jika aku merasa sangat terharu dan iba. Bahkan lebih merajam
bahwa HIDUP INI TIDAK ADIL UNTUK ANAK SEKECIL ITU yang seharusnya sedang
merasakan indahnya masa kecil dengan bermain, bermain dan belajar. Bukan
mencari nafkah!!

Sampai beberapa hari setelah moment mengharukan itu, aku masih sering
terbayang wajah menggigil yang menawarkan jasa ojek payung di teras Mall
Ambasador itu.
Berharap bisa bertemu lagi dengan anak itu dan sedikit meringankan bebannya
untuk membeli buku tulis dan pinsil.

Apa yang dunia tawarkan kepada anak itu, adalah kenyataan yang bener-bener
kejam.
Dan anak perempuan kecil itu bukanlah satu-satunya! !!

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post