Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan

Assalamu’alaikum wr wb,
Berikut satu tulisan dari buku ”Iman, Islam, dan
Ihsan” yang bisa didownload di:
http://syiarislam. wordpress. com

Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu
Pengetahuan
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu
pengetahuan. Dalam Islam, menuntut ilmu itu hukumnya
wajib. Artinya jika kita tidak mengerjakan kita
berdosa:
”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim lelaki
dan Muslim perempuan” [HR Ibnu Majah]
a. Allah Meninggikan Derajad orang yang Berilmu
Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan
orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam
beberapa derajad.
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai
dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian
dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah
menghargai orang-orang yang berilmu.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu)” (Ali Imran:18)
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang
berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu
sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai
seorang ’alim (berilmu) daripada satu kabilah.
“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan
daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang
ahli ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena
kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah
adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling
rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
b. Hanya Orang Berilmu yang Memahami Kebenaran
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang
bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk
manusia.
“Dan perumpamaan- perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa
mendapat petunjuk Al Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang
nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu”
(Al Ankabut:49)
Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu.
“Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah”
begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir
hingga sampai ke liang lahat.”
Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan
seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu
pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan)
yang menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi, soalnya nanti tinggalnya juga
di dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam.
Selain itu Nabi juga menyuruh agar ummat Islam
menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu
seorang muslim haruslah berusaha belajar
setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah dengan orang
kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar
sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana,
Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak
mampu secara finansial, adalah kewajiban kita yang
berkecukupan untuk membantunya jika dia ternyata
adalah orang yang berbakat.
Sekarang ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah
kalah dibandingkan dengan orang-orang kafir. Ternyata
justru orang-orang kafir itulah yang mengamalkan
ajaran Islam seperti kewajiban menuntut Ilmu
setinggi-tingginya. Jarang kita menemukan ilmuwan di
antara ummat Islam. Sebaliknya, tingkat buta huruf
sangat tinggi di negara-negara Islam.
Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam
bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat
Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah
agamanya. Ayat pertama dalam Islam adalah “Iqra!”
Bacalah! Di situ Allah memperintahkan ummat Islam
untuk membaca, tapi ternyata tingkat buta huruf justru
paling tinggi di negara-negara Islam. Ini karena kita
tidak konsekwen dengan ajaran Islam.
c. Mengajarkan Ilmu yang Bermanfaat Tak Pernah Putus
Pahalanya
Nabi juga mengatakan, bahwa mengajarkan ilmu yang
bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah SWT, dan
pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat
menerima manfaat dari ilmunya..
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah
amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang
bermanfaat….”(HR Muslim)
d. Kejayaan Islam dalam Ilmu Pengetahuan
Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran
tsb dengan sungguh-sungguh. Mereka giat menuntut ilmu.
Hadits-hadits seperti “Siapa yang meninggalkan
kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia
berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama
adalah lebih suci daripada darah seorang syahid
(martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk
belajar.
Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat
kertas. Pabrik kertas pertama didirikan di Baghdad
tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu dengan subur di
seluruh negeri Arab (baca: Islam) yang dulu dikenal
sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa
mengangon kambing.
Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi
memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah. Di
Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim
memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku,
sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles yang
bijaksana (artinya: pandai) hanya memiliki koleksi 900
buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki
perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya
16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang
filsafat.
Pada masa awal Islam dibangun badan-badan pendidikan
dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama
didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah
Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad
kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas
Oxford semuanya didirikan menurut model Islam.
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi
memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk
menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku.
Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa
berkembang tanpa adanya sistem “Angka Arab” yang
diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin
bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka
Romawi, yaitu “III,” tapi coba tulis angka
879.094.234. 453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan?
Itulah sumbangan Islam pada dunia.
Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan
sekarang bisa menemukan komputer yang menggunakan
binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya,
kalau dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0),
tak mungkin hal itu bisa terjadi.
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu
Algorithm (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar
(Algebra).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2
“irrational” serta menulis suatu buku sistematik
tentang Mu’adalah (equation).
Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al
Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad
(pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya
Al Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh
Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai
zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas
kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin.
Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika,
filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga
mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam
filsafat.
Ilmuwan Islam juga mengutamakan percobaan/eksperime n
ketimbang Filsuf Yunani yang mengandalkan rasio.
Ilmuwan Islam menemukan metode Ilmiah (Scientific
Method) dengan pengamatan yang teliti, percobaan yang
terkontrol, dan pencatatan-pencatat an yang hati-hati.
Sebagai contoh Ibnu Al Haytham (Alhacen) dalam ”Book
of Optics” (1021) dengan berbagai observasi empiris
dan percobaan telah memperkenalkan Metode Ilmiah
Modern. Rosanna Gorini menulis:
”Menurut mayoritas sejarawan, Alhaytham adalah
pionir Metode Ilmiah Modern. Dengan bukunya dia
merubah arti istilah Optik dan membuat berbagai
percobaan sebagai bukti standar di bidangnya.
Penyelidikannya bukan hanya berdasarkan teori, tapi
bukti percobaan. Dan percobaannya sangat sistematis
dan dapat diulang.” (Wikipedia)
Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat
Islam di bidang ilmu pengetahuan. Ketika terjadi
perang salib antara raja Richard the Lion Heart dan
Sultan Shalahuddin, boleh dikata itu adalah
pertempuran antara bangsa barbar dengan bangsa
beradab. Raja Richard yang terkenal itu ternyata
seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf,
bagaimana rakyat Eropa ketika itu?) sedangkan Sultan
Saladin bukan saja seorang yang literate (bisa
membaca), tapi juga seorang ahli di bidang kedokteran.
Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun
dokter ahli Eropa yang mampu mengobatinya, Sultan
Shalahuddin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap di
antara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah
bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga
welas asih. Jika kita menonton film “Robin Hood the
Prince of Thieves” yang dibintangi Kevin Kostner,
tentu kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan
kecanggihan teknologi bangsa Moor (Islam) seperti
teropong.
e. Mari Menuntut Ilmu yang Bermanfaat!
Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam
sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan tak
heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya
dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju
lagi.
Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut
Imam Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada
yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga
yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat
Islam yang mempelajarinya) .
Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal
seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi
setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli
Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak
tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim
bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun
Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah
harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa kita
jadi ahli komputer, kalau kita akhirnya masuk neraka
karena tidak pernah mengetahui cara shalat?
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam
seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa
manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti
pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam
bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah
fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang
menguasainya.
Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Islam dan
bisa menegakkan kalimah Allah.

Referensi:
1. Ihya ‘Ulumuddiin karangan Imam Al Ghazali
2. Janji-janji Islam karangan Roger Garaudy
3. Wikipedia

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post