WARNING : Syahwat Lawan Jenis !!!

WARNING : Syahwat Lawan Jenis !!!



Hudzaifah.org
- Belakangan ini saya banyak diskusi dengan istri tentang gejala "
syahwat lawan jenis". Istri saya termasuk akhwat yang cukup "cerewet"
soal gejala-gejala tidak sehat mengenai perilaku hubungan antara ikhwan
dan akhwat. "Jangan sampai menjadi perusak masa depan dakwah kita..!",
demikian hujjah balighah yang kerap meluncur dari dirinya kepada saya.
Dan ketika saya meresponnya dengan kalem, pressure pun muncul. "Abi kan
mas’ul kaderisasi. Abi tanggung jawab kalau nanti terjadi apa-apa pada
dakwah ini …!!"



Sesaat saya akan menulis kolom ini, istri saya baru melontarkan
serangan barunya, Abi denger nih.. Ummi dapet berita shahih kalau ada
mas’ul dakwah kampus pacarin 11 akhwat, dan 4 diantaranya ternyata
hamil…!! " Saya mencoba merespon dengan santai - karena sedang mikir
tema apa yang harus ditulis - dengan mengatakan agar berita itu
ditabayyun (cros check) dulu. Tetapi justru saya disergah : "Ya tugas
abi dong yang harus men-tabayyun ! Abi kan punya akses dan kewenangan
!". Saya mencoba mulai menulis. Tetapi belum lagi ketemu tema tulisan,
saya dibombardir oleh pertanyaan lain :"Bi emang bener ustadz Fulan
nikah lagi, dan sebelumnya pake pacaran segala?"



Alhasil, tanpa diniatkan sebelumnya akhirnya saya menulis tema ini.
Kebetulan sehari sebelumnya saya mendapatkan short massage service
(sms) dari seorang akh yang mengomentari tulisan saya berjudul "SMS".
Komentarnya berterima kasih atas tulisan tersebut, karena memang itulah
fenomena yang terjadi di lapangan. Pikir saya, biarlah sekalian menulis
tema yang lebih "serem" sebagai tadzkirah. Fadzakir inna adz-adzikara
tanfa’ul mu’minin!.



Pertama, saya mencoba merenungi kembali dasar masalah "syahwat lawan
jenis". Nabi Adam as diciptakan Allah SWT sebagai manusia pertama dan
satu-satunya pada saat itu. Beliau ditempatkan di dalam syurga yang
penuh kenikmatan tak terhingga. Tetapi apa yang terjadi ? Nabi Adam
merasa "kurang nikmat" menikmati kenikmatan syurga seorang diri. Ia
menginginkan seorang wanita. Lalu apa yang terjadi ? Nabi Adam dan
istrinya tertipu oleh syaitan sehingga melanggar prinsip-prinsip
’syahwat lawan jenis’ yang diatur oleh Allah SWT. Perhatikan firman
Allah : "Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh
syetan sebagaimana halnya dia (syeitan) telah mengeluarkan ibu bapakmu
dari syurga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan
aurat keduanya"(QS. Al A’raaf:27).



Nabi Adam dan istrinya merintis kehidupan baru komunitas manusia di
muka bumi dengan berbekal ampunan dan hidayah Allah SWT. Tetapi apa
yang kemudian dicatat oleh sejarah? Kejahatan pertama di muka bumi
adalah perebutan dua orang laki-laki terhadap seorang wanita, dan
berakhir dengn aksi pembunuhan. "Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk
membunuh saudaranya (Habil) , kemudian dia pun (benar-benar)
membunuhnya, maka terjadilah dia termasuk orang yang merugi" (QS. Al-
Maidah : 30).



Lalu sejarah umat dan bangsa-bangsa menunjukkan bagaimana kehancuran di
banyak peradaban mereka justru karena "syahwat lawan jenis" .
Rasulullah SAW pernah berpesan : "Sesungguhnya dunia ini manis dan
menyegarkan…Maka takutlah kepada wanita, karena cobaan yang pertama
terhadap Bani Israil ialah karena wanita." (Al Jami’ Ash-Shagir,
2/179).



Jadi dasar dari semua masalah ini adalah dahsyatnya dorongan dan
pengaruh yang muncul dari "syahwat lawan jenis", yang tidak ada seorang
manusia pun bisa membebaskan diri darinya. Bahkan seperti yang
diungkapkan Rasulullah, ia manis dan menyegarkan. Atau seperti ungkapan
Allah, ia dipandang indah dan menyenangkan. "Dijadikan terasa indah
dalam pandangan manusia cinta terhadaap syahwat berupa wanita"(QS Ali
Imran :14)



Allah tentu saja menjadikan "syahwat lawan jenis" sebagai unsur
kekuatan manusia dalam membangun kehidupan dan peradabannya. Dengan
syahwat inilah, manusia menyuburkan nilai rasa, emosi, kasih dan cinta
agar kehidupan dunia "manis dan menyegarkan". Dengan syahwat ini,
manusia memiliki dorongan untuk "hidup bersama" dalam ikatan perkawinan
dan keluarga agar leluasa mengekspresikan luapan rasa, emosi, kasih dan
cintanya sampai dalam bentuk hubungan seksual. Dengan syahwat inilah,
keluarga-keluarga menghasilkan anak-keturunannya untuk menyempurnakan
kesenangan, kebahagiaan, dan kebanggaan. Dengan syahwat ini pula,
manusia membangun norma, etika, adat, estetika dan syari’at yang mampu
memelihara dan mengkokohkan unsur kekuatan yang sangat mendasar
sifatnya ini, tanpa menyebabkan kerusakan dari kerusakan dan kehancuran
tata kehidupan sosialnya.



Kita adalah umat dakwah. Sekumpulan orang yang mengemban misi untuk
mengajak dan membimbing manusia kepada kehidupan yang baik. Agar mereka
bisa mengelola syahwat lawan jenisnya secara benar dan baik, sehingga
kebaikan dan keberlangsungan peradabannya bisa terjaga. Kita mendakwahi
mereka kepada syari’at yang membimbing syahwat lawan jenis secara
benar. Tentu saja bukan sekedar dengan kata-kata, tetapi juga dengan
teladan amal. Bahwa kader-kader dakwah - yang semoga dipelihara Allah
SWT - secara konsisten berkomitmen menjalankan syari’at ini. Dan
manusia menyaksikan kebenaran syari’at bukan dari kata-kata kita,
tetapi dari apa yang kita amalkan. Apa yang perlu menjadi perhatian dan
keprihatinan kita saat ini Saya sebutkan saja satu per satu berbagai
gejala yang saya dengar dan saya lihat sendiri.



(1) Adab ikhwan dan akhwat mulai bergeser ke arah yang membuka celah
syahwat lawan jenis. Berbicara tatap-muka dengan jarak yang dekat dan
sering bertatapan mata, misalnya. Atau komunikasi lewat telpon dengan
irama suara yang membuat seorang ikhwan ‘menikmati’ suara akhwat lawan
bicaranya.



(2) Keterdesakan atau keterpaksaaan yang menggiring kepada suatu yang
"tidak boleh terjadi !". Misalnya akhwat "terpaksa" dibonceng motor
oleh ikhwan gara-gara rapat baru selesai malam hari, dan jalan menuju
halte bus atau rumahnya cukup jauh serta "tidak aman". Atau rapat dalam
satu ruangan yang "sempit" sehingga ikhwan dan akhwat duduk
berdampingan tanpa jarak yang aman atau tanpa hijab. Dalam forum-forum
seperti ini, akhwat tidak membiasakan diri bicara dengan tegas dan
lugas. Ingat suara wanita adalah aurat!



(3) Bergesernya mode pakaian akhwat yang ‘mengundang’ pandangan syahwat
kaum ikhwan. Mulai dari jilbab yang "kependekan" sehingga tidak menutup
dadanya dengan sempurna atau bila tertiup angin bisa menampakan bagian
leher dan rambut belakangnya. Lalu bahan pakaian yang "lebih tipis" dan
pilihan warna yang "flamboyan". Atau menggunalkan sepatu berhak "cukup
tinggi", sehingga mengundang perhatian pada langkah dan pinggul
belakang akhwat.



(4) Bergesernya nilai seni Islam dari senandung jihad dan iman kepada
senandung hiburan semata. Lalu mulai muncul akhwat-akhwat yang
menggemari "munsyid" (penyanyi) daripada "nasyid"-nya.



(5) Keterbukaan pergaulan dakwah antara ikhwan dan akhwat menggiring
prefensi memilih jodoh kepada apa yang menarik dari "pandangan mata"
dan bukan menarik dari "pandangan dakwah". Akibarnya, semangat mencari
jodoh sendiri begitu menggebu, dan murabbi tinggal menunggu konfirmasi.




(6) Konsultasi dakwah masalah pribadi atau rumah tangga yang kemudian
berbuah simpati sampai jatuh hati. Tidak sedikit seorang da’i yang
berawal dari semangat dakwah terhadap lawan jenis justru berubah arah
menjadi ajang "perselingkuhan" baru. Alih-alih membantu menyelesaikan
masalah malah menambah masalah. Ada satu dua ustadz yang menikah (lagi)
dengan "wanita" yang semula menjadi "pasien" dakwahnya. Rupanya ustadz
ikut ketularan penyakit pasiennya.



(7) Semangat menikah (lagi) melalui prosedur resmi, tetapi dimulai
dengan hubungan "ala pacaran" Dalihnya sederhana, "wanita calon istri"
kan harus dikenalkan dulu dengan istri pertama dan anak-anaknya.



(8) Ketidakmampuan membina kehidupan suami-istri yang selalu
‘menggairahkan’ beralih kepada semangat ‘mencari yang baru’. Sebagai
sebab dari ketidakmampuan ini adalah qillatul-ilmi (sedikit ilmu)
tetang seni berumah tangga dan seni mengolah cinta.



(9) Sebagian kecil ikhwan mulai memasuki usia 40, dan katanya ini fase
"recycling" dengan dalih "life started at fourty" hidup dimulai dari
usia 40 tahun. Aktualisasinya adalah muncul ‘kegenitan’ jilid kedua.



(10) Masih ada lagi, tetapi saya cukupkan saja dulu. Mari merenung!!



Sumber : Majalah SAKSI No 11 Tahun VII

Oleh : Ustd. Mahfuz Sidik

----------------------
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post