Artikel : BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Bag 2

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

ransformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad
------------------------------------------------------------
(3/5)

Bertentangan dengan di atas, komentar yang diberikan
terhadap beberapa ayat Al-Quran, yang akan saya kutip di
bawah ini, terutama mengandung pengertian-pengertian
material. Kita di sini berada di dalam lingkungan
transformasi-transformasi morfologis tulen yang terjadi
dalam cara yang selaras dan seimbang berkat adanya suatu
organisasi yang amat terencana, mengingat fenomena-fenomena
tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang berturutan. Dengan
demikian, kehendak Tuhan yang terus-menerus memimpin nasib
masyarakat manusia, ditampakkan dalam keseluruhan kekuatan
dan keagungan-Nya melalui peristiwa-peristiwa ini.

Al-Quran, pertama kali, berbicara tentang suatu
'penciptaan', tetapi ia meneruskan dengan menguraikan suatu
tahap kedua, yang di dalamnya Tuhan memberikan bentuk kepada
manusia. Tak syak lagi, penciptaan dan organisasi morfologis
manusia dilihat sebagai peristiwa-peristiwa yang berturutan.

Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 13):

[Tulisan Arab]

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami
memberimu bentuk, kemudian Kami katakan kepada para
Malaikat: 'Bersujudlah kamu kepada Adam'." (QS 7:11)

Karenanya, adalah mungkin untuk membedakan tiga peristiwa
berturutan yang dua di antaranya penting bagi studi kita:
Tuhan menciptakan manusia dan kemudian memberinya suatu
bentuk (Shawwara dalam bahasa Arab).

Di bagian-bagian lain dinyatakan bahwa bentuk manusia akan
bersifat selaras (perujukan nomor 14):

[Tulisan Arab]

"Ketika Tuhan mereka berfirman kepada para malaikat: Aku
hendak membentuk seorang manusia dari lempung, dari lumpur
yang diacu; bila Aku telah membentuknya secara selaras dan
meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya." (QS
16 :28-29)

Ungkapan 'membentuk dengan selaras' (sawwai) diulangi dalam
surah 38 ayat 72.

Ayat lain menguraikan bagaimana bentuk selaras manusia
didapat melalui adanya keseimbangan dan kompleksitas
struktur. Kata kerja rakkaba dalam bahasa Arab berarti
'membuat sesuatu dari komponen-komponen' (perujukan nomor
16):

[Tulisan Arab]

"(Tuhanlah) yang telah menciptakan kamu lalu membentukmu
secara selaras dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk
apa saja yang Dia kehendaki, Dia membuatmu dari
komponen-komponen." (QS 82 :73)

Manusia diciptakan dalam bentuk apa pun yang Tuhan
kehendaki. Ini adalah suatu hal yang amat penting.

Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 16):

[Tulisan Arab]

"Sesungguhnya Kami telah membentuk manusia menurut rencana
organisasional yang sebaik-baiknya." (QS 95 :4)

Kata bahasa Arab taqwim berarti 'mengorganisasikan sesuatu
dengan cara terencana' yang, oleh karena itu, berarti suatu
susunan kemajuan yang telah lebih dahulu didefinisikan
secara cermat. Kebetulan sekali para spesialis evolusi,
ketika menguraikan transformasi-transformasi yang terjadi
sepanjang waktu, menggunakan ungkapan itu pula: perencanaan
organisasional itu sudah benar-benar terbukti dari
studi-studi saintifik mengenai masalah ini.

Konteks surah 95, yang darinya ayat di atas diambil, adalah
penciptaan manusia secara umum dengan merujuk kepada
kenyataan bahwa begitu manusia telah diberi bentuk yang
sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan, ia terbenam
ke dalam kondisi yang amat buruk (yang berarti jompo dalam
usia tua). Surah tersebut sama sekali tidak menyebut-nyebut
perkembangan embrionik melainkan hanya menguraikan
penciptaan makhluk manusia secara umum. Dalam kerangka
struktur, perencanaan organisasional tersebut jelas merujuk
kepada spesies manusia sebagai suatu keseluruhan.

Penafsiran yang telah saya berikan atas ayat ini
mencerminkan pentingnya konteks sebagai sarana untuk
menyampaikan apa yang dirujuk oleh suatu kata tertentu
(perujukan nomor 17):

[Tulisan Arab]

"Dia sesungguhnya telah membentukmu dalam tahap-tahap
(tingkat-tingkat)." (QS 71:14)

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai
'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat', adalah athwar (kata
tunggalnya thaur). Inilah satu-satunya ayat di dalam
Al-Quran yang di dalamnya kata tersebut muncul dalam bentuk
majemuknya. Tidak mungkinlah untuk mencari-cari di tempat
lain di dalam teks tersebut kepastian mengenai apakah
'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat' itu -yang jelas merujuk
kepada manusia- berkenaan dengan perkembangan manusia di
dalam rahim (yakni, seperti yang diduga oleh para pengulas
terdahulu dan yang juga merupakan anggapan saya sendiri di
dalam buku saya terdahulu), ataukah kesemuanya itu menunjuk
kepada transformasi-transformasi yang dialami oleh spesies
manusia di sepanjang waktu. Ini adalah satu masalah yang
patut direnungkan.

Untuk memperoleh jawabannya, sudah pasti pertama sekali kita
mesti membahas tema tersebut sebagaimana diuraikan di dalam
Al-Quran. Demikianlah kita melihat bahwa surah 7l, yang
darinya ayat di atas kita ambil, terutama berhubungan dengan
tanda-tanda ke-Mahakuasaan dan Kekuasaan Tuhan sebagai
Pencipta secara umum. Bagian di dalam Al-Quran yang mencakup
ayat 14 (satu bagian yang merujuk pada khutbah Nuh kepada
kaumnya) secara esensial tertanam di dalam rahmat Tuhan,
kerahiman-Nya di dalam memberi manusia karunia-karunia-Nya
dan ke-Mahakuasaan-Nya di dalam menciptakan manusia, langit,
matahari, bulan, dan bumi. Berkenaan dengan masalah
penciptaan, Al-Quran menyebut aspek spiritual penciptaan
manusia dari tanah (perujukan nomor 1 di dalam ayat-ayat
yang dikutip di atas).

Sama sekali tak ada penunjukan, di dalam surah 71, kepada
perkembangan bayi yang belum lahir, suatu persoalan yang
oleh para pengulas terdahulu diduga sebagai ditunjukkan oleh
kata 'tahap-tahap.' Meskipun kata tersebut tidak
dipergunakan di tempat lain dalam teks tersebut, namun
Al-Quran tak syak lagi menunjuk secara terinci pada banyak
surat lain berkenaan dengan 'tahap-tahap' perkembangan
embrionik ini (lihat bab selanjutnya). Meskipun demikian,
tak ada perujukan di dalam surah ini. Meskipun demikian,
kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa bagian dari
Al-Quran yang kita perbincangkan di sini boleh jadi
benar-benar menambahkan perkembangan ber-'tahap' embrio di
dalam rahim kepada topik-topik lain yang disebutkan di atas:
tak ada satu isyarat pun yang menunjukkan bahwa hal tersebut
boleh diabaikan.

Kenyataannya, perkembangan individu dan spesies-spesies yang
memilikinya, berkesesuaian dengan faktor-faktor penentu itu
juga sepanjang waktu; faktor-faktor tersebut merupakan
gen-gen yang memainkan peran yang amat menentukan di dalam
pengelompokan warisan keayahan atau keibuan di dalam
tingkatan mula reproduksi. Apakah kita memilih menghubungkan
fase-fase ini dengan perkembangan individual atau
spesies-spesies itu, konsep yang diungkapkan tetap
sepenuhnya selaras dengan data saintifik modern mengenai
masalah ini.

Kemudian ayat-ayat yang mendahului perujukan nomor 17 secara
memadai menyatakan dengan jelas bahwa bentuk manusia
mengalami transformasi-transformasi sedemikian sehingga
sekalipun jika kita menghilangkan perujukan nomor 17 makna
umumnya tidak akan terpengaruh.

Dua ayat berikut ini menunjuk pada penggantian suatu
masyarakat manusia oleh masyarakat manusia lainnya
(perujukan nomor 18)

[Tulisan Arab]

"Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan mereka, dan
apabila Kami kehendaki, maka Kami mengganti mereka
sepenuhnya dengan orang-orang yang serupa dengan mereka."
(QS 76:28)

Amatlah mungkin bahwa 'penguatan' yang disebutkan di dalam
ayat di atas menunjuk kepada susunan fisik manusia.
(perujukan nomor 19):

[Tulisan Arab]

"Jika (Dia) menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan
menggantimu dengan yang dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari
keturunan orang-orang lain." (QS 6:133)

Kedua ayat di atas menekankan kesirnaan
masyarakat-masyarakat manusia tertentu dan penggantiannya
oleh masyarakat-masyarakat lainnya, sesuai dengan kehendak
Tuhan, sepanjang waktu tertentu.

Para pengulas terdahulu, terlebih-lebih, memandang ayat-ayat
ini sebagai hukuman yang ditimpakan oleh Tuhan atas
masyarakat-masyarakat yang penuh dosa. Secara umum, aspek
religiuslah yang terutama ditekankan. Meskipun demikian, di
sana pun ada fakta material dan hal ini jelas diungkapkan
dalam bentuk sirnanya berbagai masyarakat (yang ukurannya
tidak disebutkan) dan penggantian pada kurun waktu tertentu
dari suatu masyarakat-masyarakat tertentu oleh
keturunan-keturunan bangsa-bangsa launnya.

Oleh karena itu, kesimpulannya ialah bahwa kelompok-kelompok
manusia yang telah maujud sepanjang waktu kiranya mempunyai
morfologi yang beragam, tetapi modifikasi-modifikasi ini
telah berlangsung sesuai dengan rencana organisasional yang
ditetapkan oleh Tuhan; masyarakat musnah dan digantikan oleh
kelompok-kelompok lainnya: inilah yang dengan berbagai
ungkapan harus disampaikan oleh Al-Quran kepada kita. Adalah
sia-sia untuk mencari kesenjangan-kesenjangan di antara
Al-Quran dan data palentologi atau dengan informasi yang
memungkinkan kita untuk membayangkan adanya suatu evolusi
kreatif, karena tidak ada hal demikian.

21. REPRODUKSI MANUSIA: AKIBAT-AKIBATNYA ATAS TRANSFORMASI-
TRANSFORMASI SPESIES (4/5)
------------------------------------------------------------

Setelah mencapai bab penelitian kita ini berkenaan dengan
jawaban-jawaban yang diberikan oleh Al-Quran kepada
pertanyaan 'dari manakah asal-usul manusia?' kiranya kita
barangkali cenderung untuk berpikir bahwa tema ini telah
sepenuhnya tergarap. Halnya memang tampak demikian setelah
kita pelajari ayat-ayat yang dikutip dalam dua bab
sebelumnya. Tetapi kita mesti ingat bahwa mengenai salah
satu ayat ini kita melihat betapa bermanfaatnya untuk terus
melanjutkan analisis kita dengan bertumpu pada data yang
terdapat di dalam Al-Quran berkenaan dengan reproduksi
manusia.

Sesungguhnya pernyataan-pernyataan Al-Quran yang berhubungan
dengan tema ini mengandung jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan mengenai transformasi-transformasi
yang terjadi dalam morfologi manusia selama berabad-abad
yang memang diatur oleh kode genetik yang terbentuk karena
bersatunya kromosom-kromosom yang diterima dari sel-sel
reproduksi keayahan dan keibuan. Dengan demikian, warisan
genetik yang disatukan menentukan pertama embrio[7] dan
kemudian foitus,[8] suatu kemungkinan munculnya
perubahan-perubahan morfologis sebagaimana dibandingkan
dengan yang dimiliki oleh ayah atau ibu.
Modifikasi-modifikasi ini menjadi bersifat pasti atau
definitif setelah anak dilahirkan dan selama pertumbuhannya
di masa kanak-kanaknya. Paling tidak modifikasi-modifikasi
ini memberi kepada sang anak kepribadian struktural yang
bersifat khas. Lepas dari kembar identik yang terbentuk dari
satu ovule tak satu manusia pun benar-benar sama satu sama
lain. Sedangkan paling jauh hal ini adalah persoalan
perbedaan-perbedaan susunan yang mempengaruhi spesies itu
sendiri. Karena itu, keseluruh-terpaduan perubahan yang
terjadi dari generasi ke generasi, yang akhirnya menentukan
transformasi-transformasi morfologis yang telah dicatat oleh
para ahli paleontologi pada berbagai kelompok manusia sejak
zaman dulu.

Konsekuensinya, kita harus meninjau kembali pokok-pokok
utama mengenai reproduksi yang terdapat di dalam Al-Quran.
Oleh karena itu, secara ringkas saya akan meringkaskan studi
terinci atas masalah ini yang muncul dalam Bibel, Al-Quran
dan Sains Modern.

Bagi kita, menangkap makna (khususnya berkenaan dengan
perbandingan antara pernyataan-pernyataan yang terkandung
didalam Kitab-kitab Suci dan data saintifik), kita mesti
ingat bahwa teks tersebut diturunkan kepada manusia pada
abad ketujuh AD (Anno Domini)*. Karya manusia apa pun pada
masa itu mengemukakan pernyataan-pernyataan yang tak tepat.
Ilmu belum berkembang, maka mau tak mau pemaparan apa pun
mengenai reproduksi manusia penuh dengan gagasan-gagasan
yang berasal dari mitos dan tahyul. Harus bagaimana lagi,
sebab untuk memahami mekanisme kompleks dalam proses ini,
manusia harus mengetahui anatomi dan menggunakan mikroskop,
dan ilmu-ilmu dasar mesti dimaujudkan sehingga hal ini akan
melicinkan jalan bagi fisiologi, embriologi dan ilmu
kebidanan.

Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu
Mengenai Reproduksi Manusia
------------------------------------------------------------

Yang saya niatkan di sini bukanlah mengajukan teori-teori
tetapi menyajikan gagasan-gagasan yang didasarkan pada
fakta-fakta. Teori-teori pada hakikatnya terbuka bagi
perubahan. Jika didekati dari suatu sudut teoritis, sains
yang berada dalam keadaan yang sahih sekarang bisa saja
disalahkan besok. Oleh karena itu, suatu dasar yang memadai
untuk perbandingan adalah dasar yang bertumpu pada daya
saintifik dan tidak terbuka bagi perubahan, yang telah
benar-benar dikukuhkan dan diuji melalui eksperimentasi dan
malah mungkin telah secara efektif dipraktekkan.

Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa reproduksi manusia
berlangsung dalam suatu rangkaian proses yang dimulai dengan
pembuahan di dalam tabung Falopia,* suatu sel telur yang
telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan
melalui siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan tersebut
adalah suatu sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa,
yang berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung dalam satu
sentimeter kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan
untuk menjamin terjadinya pembuahan adalah satu spermatozoa
saja, atau dengan kata lain, sejumlah sangat kecil cairan
sperma. Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah
pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu
sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual,
spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanannya ke
saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut
diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut yang,
meskipun demikian, tidak mengandung unsur-unsur pembuah.
Keluaran-keluaran getah ini, meskipun demikian, akan
memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut
dengan membantu sperma untuk sampai ke tempat sel telur
wanita dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan
suatu campuran: ia mengandung cairan benih dan berbagai
keluaran getah tambahan.

Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung
Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai
terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke
dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu
tembuni terbentuk.

Segera setelah embrio tampak oleh mata telanjang, ia
terlihat sebagai suatu kelemit daging yang tidak memiliki
bagian-bagian yang bisa dibedakan. Di sana ia berkembang
secara bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia, selama
tahap-tahap ini bagian-bagian tertentu seperti kepala agak
lebih besar volumenya dibanding bagian-bagian tubuh
selebihnya. Hal-hal ini akhirnya menyusut, sedang struktur
penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi
otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian
dalam tubuh) dan sebagainya.

Pernyataan-Pernyataan dalam Al-Quran
------------------------------------------------------------

Ringkasan singkat di atas menggambarkan tahap-tahap dasar
perkembangan yang pada halaman-halaman berikut akan kita
perbandingkan dengan pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran.
Untuk lebih mempermudah pemahaman atas butir-butir yang
diajukan di dalam Al-Quran, kiranya bisa didaftar sebagai
berikut:

1. sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan;
2. campuran cairan pembuahan;
3. penanaman telur yang telah dibuahi;
4. evolusi embrio


Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan
------------------------------------------------------------

[Tulisan Arab]

"(Tuhan) telah membentuk manusia dari sejumlah kecil mani."
(QS 16:4)

Ungkapan ini terdapat sebelas kali dalam Al-Quran. Kata
bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai sejumlah
kecil (sperma) adalah nuthfah. Barangkali hal ini bukanlah
penerjemahan yang paling ideal, tetapi tampaknya tak ada
satu kata dalam bahasa Inggris pun yang bisa sepenuhnya
menangkap makna penuhnya. Kata tersebut berasal dari kata
kerja bahasa Arab yang berarti 'jatuh bertitik atau
menetes.' Arti utamanya merujuk kepada jejak cairan yang
tertinggal di dasar sesuatu ember setelah ember dikosongkan.
Dengan kata lain sejumlah sangat kecil cairan yang merupakan
arti kedua kata tersebut yaitu setetes air. Dalam contoh
khusus ini ia berarti sejumlah kecil sperma, karena kata
tersebut dikaitkan dengan kata 'sperma' (mani di dalam
bahasa Arab) dalam ayat berikut:

[Tulisan Arab]

"Bukankah (manusia) dahulu merupakan setetes mani yang
ditumpahkan." (QS 75:37)

Penting untuk disadari bahwa Al-Quran menyatakan secara
jelas bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung
pada volume cairan yang di-'semburkan.' Gagasan bahwa
sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya bersifat
efektif tidak segera tampak nyata. Orang-orang yang tak tahu
fakta sebenarnya berkenaan dengan gejala ini pasti akan
cenderung berpikir sebaliknya. Namun lebih dari seribu tahun
sebelum kemaujudan spermatozoa ditemukan di awal abad 17
Al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar
berdasarkan penemuan identitas unsur pembuah yang diukur
dalam satuan-satuan perseribu milimeter. Adalah benar-benar
spermatozoalah yang terdapat di dalam cairan benih yang
mengandung pita DNA. Hal ini pada gilirannya membentuk
kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah yang bersatu dengan
gen-gen dari ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon
manusia.

Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria -yang
bergabung dengan gen-gen sel reproduksi wanita- membentuk
faktor-faktor yang akan menentukan berbagai kekhasan calon
manusia itu. Sebagaimana telah kita lihat sebelumnya dalam
buku ini, begitu penyusutan kromatik berlangsung, maka
spermatozoa itu membawa gen-gen yang mengandung
faktor-faktor yang menentukan apakah calon manusia itu akan
berjenis kelamin laki-laki (hemicromosom Y) atau wanita
(hemicromosom X). Jika, di antara tak terhitung banyaknya
spermatozoa yang berkumpul di sekitar tepi sel telur sebagai
sel-sel pembuah yang mungkin, satu spermatozoa yang
benar-benar berhasil membuahinya mengandung hemicromosom Y,
maka calon anak tersebut akan menjadi anak laki-laki. Jika
spermatozoa yang menembus sel telur mengandung hemicromosom
X, maka anak tersebut akan menjadi seorang anak perempuan.
Oleh karena itu, jenis kelamin seseorang, secara genetik,
ditentukan pada saat terjadi pembuahan oleh unsur pembuah,
dalam sejumlah sangat kecil, dan setelahnya
kekhasan-kekhasan seksual anak tersebut terus terbentuk.
Al-Quran mengandung pernyataan di bawah ini mengenai masalah
di atas (ketika merujuk kepada manusia):

[Tulisan Arab]

"Dari sejumlah kecil cairan, (Tuhan) membentuknya (dalam
proporsi yang tepat) lalu menentukannya." (QS 80:19)

(Saya telah menerjemahkan kata khalaqa sesuai dengan arti
aslinya -yang disebutkan dalam bab sebelumnya- yaitu
'membentuk dengan proporsi yang sesuai' atau 'membentuk' dan
bukannya dengan kata kerja 'menciptakan.'

Kita tentu mesti mengakui bahwa dalam hal ini ada kesesuaian
yang mencengangkan antara pernyataan-pernyataan dalam
Al-Quran berkenaan dengan suatu ketentuan yang ditetapkan
pada tahap ini dan pengetahuan kita tentang fakta bahwa
warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang menentukan
jenis kelamin seseorang suatu hal yang ditekankan di atas.

-------------
Catatan kaki:

7 Sebelum bulan kedua masa kehamilan.
8 Setelah bulan kedua masa kehamilan.
* Anno Domini: penanggalan yang dibuat dengan bertolak dari
kelahiran Yesus penyunting.
* Tabung Falopia: pembuluh lembut yang menghubungkan rahim
dengan daerah indung telur dalam sistem reproduksi wanita
(manusia) dan betina (hewan-hewan bertulang belakang yang
lebih tinggi) - penyunting.
9 Jika memang demikian, tentu hukum-hukum ketata-bahasaan
satu segi dari teks Al-Quran yang tak pernah salah akan
menentukan bahwa kata itu muncul dalam bentuk ganda, dan
bukan dalam bentuk jamak sebagaimana muncul di sini.
* Prostat: sebuah kelenjar pada hewan menyusui yang terdiri
atas jaringan otot dan kelenjar yang mengelilingi saluran
kencing (sperma) pada kandung kemih -penyunting.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post