Artikel : BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern bag 1

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


• Asal-usul dan Keberlangsungan Kehidupan
o Asal-usul Kehidupan
o Keberlangsungan Kehidupan
• Asal-usul Manusia dan Transformasi-transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Zaman
o Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah
o Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia
o Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad
• Reproduksi Manusia: Akibat-akibatnya Atas Transformasi-transformasi Spesies
o Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu Mengenai Reproduksi Manusia
o Pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran
 Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan
 Kompleksitas Cairan Pembuah
 Penanaman Telur Dalam Organ-Organ Kemaluan Wanita
 Evolusi Embrio di Dalam Rahim
o Transformasi-Transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Abad dan Perkembangan Embrionik

19. ASAL-USUL DAN KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN
------------------------------------------------------------

Salah satu sifat asli Al-Quran, yang membedakannya dari
Bibel sebagaimana disebutkan di atas, adalah bahwa untuk
mengilustrasikan penegasan yang berulang-ulang tentang
ke-Mahakuasaan Tuhan, Kitab tersebut merujuk kepada suatu
keragaman gejala alam. Dalam hal sejumlah besar fenomena ini
ia juga memberikan suatu uraian terinci tentang cara
fenomena-fenomena itu berevolusi -penyebab-penyebab dan
akibat-akibatnya. Kesemua rincian ini pantas untuk
diperhatikan. Pernyataan-pernyataan yang dikandung oleh
Al-Quran tentang manusia, adalah di antara yang paling
mengejutkan saya ketika saya membaca kitab tersebut untuk
pertama kalinya dalam bahasa Arab aslinya. Hanya yang
aslinya sajalah yang bisa menjelaskan makna sejati
pernyataan-pernyataan yang amat sering disalahterjemahkan
disebabkan alasan-alasan yang disebut di atas.

Yang menjadikan penemuan-penemuan ini sangat penting adalah
bahwa kesemuanya itu merujuk pada banyak pengertian yang
belum dikenal pada saat-saat Al-Quran diwahyukan kepada
manusia dan yang -baru empat belas abad kemudian- terbukti
sepenuhnya selaras dengan sains modern. Dalam konteks ini
sama sekali tak perlu mencari-cari penjelasan-penjelasan
palsu yang cenderung muncul di beberapa publikasi dan bahkan
di dalam sejarah-sejarah ilmu kedokteran yang di dalamnya
Muhammad dianggap sebagai memiliki kemampuan-kemampuan
kedokteran (sebagaimana juga Al-Quran disebut-sebut sebagai
mengandung resep-resep kedokteran, suatu gagasan yang
sepenuhnya tidak tepat).[1]

Asal-Usul Kehidupan
------------------------------------------------------------

Al-Quran memberikan jawaban yang amat jelas pada pertanyaan:
Pada titik manakah kehidupan bermula? Dalam bagian ini, saya
akan mengajukan ayat-ayat Al-Quran yang di dalamnya
dinyatakan bahwa Asal Manusia adalah (bersifat) air.
Ayat pertama di bawah ini juga menunjuk kepada pembentukan
alam semesta.

[Tulisan Arab]

"Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa lelangit dan
bumi disatukan, kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami
menjadikan setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka
tak beriman?" (QS 21:30)

Pengertian 'menghasilkan sesuatu dari sesuatu yang lain'
sama sekali tidak menimbulkan keraguan. Ungkapan tersebut
bisa juga berarti bahwa setiap sesuatu yang hidup dibuat
dari air (sebagai komponen pentingnya) atau bahwa semua
benda hidup berasal dari air. Kedua makna itu sepenuhnya
sesuai dengan data saintifik. Pada kenyataannya, kehidupan
berasal dari yang bersifat air dan air adalah komponen yang
paling penting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa air hidup
menjadi tidak mungkin. Jika kemungkinan kehidupan pada
planet lain diperbincangkan, maka pertanyaan yang pertama
selalu: Adakah cukup air untuk mendukung kehidupan di tempat
tersebut?

Data modern membawa kita untuk berpikir bahwa wujud hidup
yang paling tua barangkali termasuk dalam dunia
tumbuh-tumbuhan: ganggang telah ditemukan sejak periode
pra-Cambria yaitu saat dikenalinya daratan yang paling tua.
Organisme yang termasuk dalam dunia hewan barangkali muncul
sedikit lebih kemudian: mereka muncul dari laut.

Kata yang di sini diterjemahkan sebagai 'air' pada
kenyataannya adalah ma'[2] yang berarti baik air di langit
maupun air di lautan atau segala jenis cairan. Dalam arti
yang pertama air merupakan unsur yang penting bagi seluruh
kehidupan tumbuh-tumbuhan:

[Tulisan Arab]

"(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka
Kami[3] tumbuhkan (dari air itu) berpasang-pasang
tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda." (QS 20:53)

Inilah perujukan pertama kepada suatu 'pasangan'
tumbuh-tumbuhan. Nanti kita akan kembali kepada pengertian
ini.

Dalam arti keduanya yang merujuk pada segala jenis cairan,
kata tersebut dipergunakan dalam bentuk tak-tentunya untuk
menunjukkan zat yang berada pada dasar pembentukan seluruh
kehidupan hewan:

[Tulisan Arab]

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air."
(QS 24:45)

Sebagaimana akan kita lihat nanti, kata tersebut juga bisa
diterapkan pada cairan mani.[4]

Jadi, pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran tentang asal-usul
kehidupan, apakah itu merujuk kepada kehidupan secara umum,
unsur yang melahirkan tumbuh-tumbuhan di dalam tanah ataupun
benih hewan-hewan, seluruhnya sepenuhnya sesuai dengan data
saintifik modern. Tak satu pun mitos tentang asal-usul
kehidupan yang lazim dianggap benar oleh orang pada saat
Al-Quran diwahyukan kepada manusia disebutkan dalam teks
tersebut.

Keberlangsungan Kehidupan
------------------------------------------------------------

Al-Quran merujuk pada banyak aspek kehidupan di dalam dunia
hewan dan tetumbuhan. Saya telah menguraikan kesemuanya itu
dalam karya saya sebelum ini yang diterbitkan pada tahun
1976 (edisi bahasa Inggris, 1978). Dalam studi ini saya
ingin memusatkan perhatian pada ruang yang diberikan dalam
Al-Quran kepada tema keberlangsungan kehidupan.

Berbicara secara umum, komentar-komentar yang diberikan atas
pembiakan (reproduksi) dalam dunia tumbuh-tumbuhan bersifat
lebih panjang daripada yang merujuk kepada pembiakan dalam
dunia hewan. Meskipun demikian, ada banyak pernyataan yang
menggarap tema reproduksi manusia, sebagaimana akan kita
lihat di bawah ini.

Sudah merupakan suatu pengetahuan yang diakui bahwa ada dua
metode reproduksi di dalam dunia tumbuh-tumbuhan: yaitu yang
bersifat seksual dan aseksual (contohnya, pelipatgandaan
spora-spora atau proses menyetek yang merupakan kasus-khusus
pertumbuhan). Perlu kita perhatikan, bahwa Al-Quran merujuk
kepada bagian-bagian jantan dan betina tetumbuhan tersebut:

[Tulisan Arab]


"(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka
Kami tumbuhkan (dari air itu) berpasang-pasang
tumbuh-tumbuhan yang saling terpisah." (QS 20:53)

"Satu dari sepasang" merupakan penerjemahan dari kata zauj
(jamaknya azwaj) yang arti aslinya adalah "yang bersama-sama
dengan yang lainnya membentuk satu pasangan." Kata tersebut
bisa juga langsung diterapkan pada pasangan kawin (artinya,
manusia), sebagaimana juga pasangan sepatu.

[Tulisan Arab]

"Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-
pasangan." (QS 13:3)

Pernyataan ini berarti kemaujudan organ-organ jantan dan
betina dalam seluruh beragam spesies buah-buahan. Hal ini
sepenuhnya sesuai dengan data yang ditemukan pada kurun
waktu yang jauh lebih kemudian berkenaan dengan pembentukan
buah, karena seluruh tipe berasal dari tetumbuhan yang
memiliki organ-organ seksual (sekalipun beberapa varietas,
seperti pisang, berasal dari bunga-bungaan yang tidak
dibuahi).

Pada umumnya, reproduksi seksual di dunia hewan hanya
digarap secara ringkas dalam Al-Quran. Pengecualian dalam
hal ini adalah berkenaan dengan manusia. Karena, seperti
yang akan kita lihat kemudian dalam bab berikut ini,
pernyataan-pernyataan mengenai topik ini berjumlah banyak
dan sangat terinci.

-------------
Catatan kaki:

1 Seluruh kandungan Al-Quran merupakan ketentuan-ketentuan
tertentu mengenai kebiasaan-kebiasaan yang sehat seperti:
kebersihan diri, larangan minum alkohol; suatu ketentuan
seperti berpuasa di bulan Ramadhan juga merupakan bagian
yang jelas dari aturan-aturan ini. Penyebutan madu di dalam
Al-Quran tidak mencakup indikasi apa pun mengenai
kasus-kasus khusus yang di situ madu ternyata bermanfaat
bagi kesehatan manusia.
2 Pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut transliterasi
bahasa Arab ke Latin, hendaknya melihat bagan dalam Bibel,
Quran, dan Sains Modern (Edisi Prancis).
3 Perubahan dalam struktur gramatikal suatu ungkapan ini
bersifat umum atau lazim dalam Al-Quran. Tuhan adalah yang
mula pertama dirujuk secara tak langsung, kemudian teks
tersebut mengaitkan Firman-Firman Langsung-Nya, sebab 'Kami'
dengan jelas berarti Tuhan.
4 Disimpan oleh kelenjar reproduksi, cairan mani mengandung
spermatozoa.

ASAL-USUL MANUSIA DAN TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK
MANUSIA SEPANJANG ZAMAN (2/5)
------------------------------------------------------------

Beberapa ayat di dalam Al-Quran berikut ini tidak mengandung
sesuatu pun kecuali makna spiritual mendalam. Yang lainnya,
dalam pandangan saya, merujuk kepada
transformasi-transformasi yang tampaknya menunjukkan
perubahan-perubahan di dalam morfologi manusia. Yang
terkemudian ini menguraikan fenomena yang sepenuhnya
bersifat material, yang terjadi di dalam berbagai fase tapi
selalu dalam susunan yang tepat. Campur tangan kehendak
Tuhan, yang mengatasi segalanya, disebutkan beberapa kali
dalam ayat-ayat ini. Hal tersebut tampak dimaksudkan untuk
mengarahkan transformasi-transformasi yang terjadi selama
suatu proses yang hanya bisa diuraikan sebagai suatu
'evolusi.' Di sini, kata tersebut dipergunakan dengan maksud
untuk menunjukkan satu rangkaian modifikasi-modifikasi yang
tujuannya adalah untuk sampai kepada satu bentuk definitif
(tetap). Tambahan pula, penekanan diberikan kepada gagasan
bahwa ke-Mahakuasaan Tuhan tampil pada kenyataan bahwa Ia
memusnahkan populasi manusia untuk memberi jalan bagi
populasi baru lainnya: hal ini tampak bagi saya sebagai
tema-tema utama yang muncul dari himpunan ayat Al-Quran yang
disatukan di dalam bab ini.

Tak syak lagi, para pengulas terdahulu tidak mampu melihat
adanya gagasan bahwa bentuk manusia bisa jadi telah
mengalami transformasi. Meskipun demikian, mereka
berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin
saja benar-benar telah terjadi dan mereka mengakui
kemaujudan tahapan-tahapan di sepanjang perkembangan
embrionik -suatu gejala yang biasa teramati pada seluruh
kurun waktu dalam sejarah. Meskipun demikian, hanya pada
masa kita inilah, sains modern mengizinkan kita untuk
sepenuhnya memahami arti ayat-ayat Al-Quran yang menunjuk
kepada tahapan-tahapan berturutan dari perkembangan
embrionik di dalam rahim.

Pada saat ini kita memang bisa bertanya-tanya apakah
perujukan-perujukan di dalam Al-Quran kepada tahap-tahap
yang berurutan dari perkembangan manusia, paling tidak pada
beberapa ayat, tidak melampaui sekadar pertumbuhan embrionik
sedemikian sehingga mencakup transformasi-transformasi
morfologi manusia yang terjadi selama berabad-abad.
Kemaujudan perubahan-perubahan seperti itu telah secara
resmi dibuktikan oleh paleontologi dan buktinya sangat
banyak sehingga tak perlu lagi untuk mempertanyakannya.

Para penafsir Al-Quran terdahulu barangkali tak punya
firasat bakal adanya penemuan-penemuan pada berabad-abad
kemudian. Mereka hanya bisa memandang ayat-ayat khusus ini
dalam konteks perkembangan embrio, tak ada alternatif lain
pada masa itu.

Kemudian tibalah bom Darwin yang -melalui pemuntiran
terang-terangan teori Darwin oleh para pengikut awalnya-
mengekstrapolasikan pengertian tentang suatu evolusi yang
bisa diterapkan atas manusia, meskipun tingkat evolusinya
belum lagi dibuktikan di dalam dunia hewan. Dalam hal
Darwin, teori tersebut didorong sampai ke tingkat ekstrem
sedemikian sehingga para peneliti mengklaim sebagai telah
memiliki bukti bahwa manusia berasal dari kera -suatu
gagasan yang, bahkan pada masa sekarang, tak seorang ahli
paleontologi terhormat sekalipun mampu membuktikannya. Meski
demikian jelas terdapat satu jurang yang sangat senjang di
antara konsep tentang manusia yang berasal dari kera (suatu
teori yang sepenuhnya tak bisa dipertahankan) dengan gagasan
transformasi-transformasi bentuk manusia di sepanjang waktu
(yang telah sepenuhnya dibuktikan). Kerancuan antara
keduanya telah mencapai puncaknya ketika mereka digabungkan
menjadi satu -dengan hujjah-hujjah yang sangat dicari-cari-
di bawah panji kata EVOLUSI. Kerancuan yang tidak
menguntungkan ini telah menyebabkan beberapa orang secara
salah mengkhayalkan bahwa karena kata tersebut dipergunakan
untuk menunjuk manusia, maka ia mesti berarti bahwa, menurut
kenyataan itu sendiri, Asal Manusia bisa dilacak hingga
kera.

Adalah amat penting untuk memahami dengan gamblang perbedaan
di antara keduanya; kalau tidak, ada risiko timbulnya
kesalahpahaman tentang makna yang dikaitkan kepada beberapa
ayat Al-Quran tertentu yang akan saya kutip. Di dalam
ayat-ayat ini tak ada satu isyarat yang paling samar-samar
pun berkenaan dengan bukti untuk mendukung teori
materialistis tentang asal-usul manusia yang amat
mengguncangkan kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani tersebut.

Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah
------------------------------------------------------------

Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua ayat berikut ini, manusia
ditampilkan di dalam Al-Quran sebagai suatu wujud yang amat
erat berkaitan dengan tanah (perujukan pertama):

[Tulisan Arab]

"Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari
tanah, dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya,
Dia akan mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran
baru." (QS 71 :17-18)

Ayat berikut ini menyebutkan tentang tanah (perujukan nomor
2):

[Tulisan Arab]

"Dari (tanah) itulah Kami,[5] membentuk kamu dan kepadanya
Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan
mengeluarkan kamu pada kali yang lain. " (QS 20:55)

Aspek spiritual asal manusia dari tanah ini ditekankan oleh
kenyataan bahwa kita mesti kembali ke tanah setelah kematian
dan juga oleh gagasan bahwa Tuhan akan mengeluarkan kita
lagi pada Hari Pengadilan, suatu makna spiritual yang,
sebagaimana telah kita lihat, juga ditegaskan oleh Bibel.

Sehubungan dengan penerjemahan di atas, berkenaan dengan
perujukan nomor 2, saya ingin menunjukkan kepada baik para
pembaca berbahasa Arab maupun yang menguasai bahasa Arab di
Barat, kata bahasa Arab khalaqa biasa diterjemahkan dengan
kata kerja 'menciptakan'. Tetapi, penting untuk diketahui,
bahwa sebagaimana ditunjukkan oleh kamus yang amat baik yang
disusun oleh Kasimirski, arti asli kata tersebut adalah
'memberikan suatu proporsi kepada sesuatu atau membuatnya
memiliki proporsi atau jumlah tertentu.' Bagi Tuhan (saja),
penerjemahan tersebut telah dimudahkan dengan penggunaan
kata 'menciptakan,' yakni mewujudkan sesuatu yang sebelumnya
tidak maujud. Dengan berbuat demikian, orang-orang yang
secara eksklusif menggunakan istilah 'menciptakan' sebagai
merujuk kepada tindakan itu, telah gagal menerjemahkan
gagasan tentang 'proporsi' yang menyertainya. Penerjemahan
yang lebih tepat, barangkali, adalah dengan menggunakan kata
'membentuk' atau 'membentuk dalam proporsi tertentu.' Hal
ini akan membawa kita lebih dekat kepada makna asli kata
bahasa Arabnya. Inilah sebabnya, kenapa saya telah memilih
menggunakan kata 'membentuk' di dalam sebagian besar
terjemahan-terjemahan saya, dengan makna yang disiratkan
oleh kata bahasa Arab primitifnya.

to bag : 2

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post