Berdakwah,Siap?

Berdakwah,Siap?


oleh Yulia Safitri


Pagi cerah di musim gugur,langkahku tertahan oleh senyuman manis saat menuju pasar untuk belanja keperluan Bos.


¡Apa kabar?Siapa namamu?Aku ingin berbincang denganmu?¢.Sapa ramah
seorang wanita Philipina,dengan bahasa Indonesia yang nyaris tanpa
aksen.


¡Maaf,saya sedang buru-buru¢


¡Kapan kapan,kita ngobrol ya.Ini untukmu,silahkan baca¢,tangannya
mengulurkan sebuah majalah ahli kitab berbahasa
Indonesia.Kusambut,mengucapkan terimakasih,dan tangan kami saling
melambai.

Alhamdulillah,hijab slalu menghiasi keseharianku.Bukan sekedar ingin
menunjukkan status kemusliman,namun juga sebagai pengingat dalam setiap
pengamalan,bisakah aku mempertanggungjawabkan hijabku kelak,salah satu
ujud dari kemuslimanku?Dan wanita
Philipina tersebut terang-terangan
menjadikanku sasaran dakwah mereka.

Sedikit kaget,meski bukan hal baru yang kualami.Tapi sejak aku
memakai hijab,ini pertama kali.Sesisip rasa jengkel menyelinap,namun
beberapa langkah sejak kami berpisah aku merasa salut dengan
keberaniannya.Dan Subhanallah,dia bahkan mengajakku berbicara,bukankah
itu kesempatan emas untuk menunjukkan keagungan Islam?Ragu
meluap,mampukah aku?dengan pemahaman yang masih belepotan dan Bahasa
Inggris yang pas-pas an.

Program kristenisasi nampaknya tak hanya marak di Indonesia yang
mayoritas Muslim,namun mendunia termasuk Hong Kong yang bermayoritas
Budha dan Tao.Para anggota seminari internasional baik
bule,Chinese,Philipine,bahkan orang Indonesia sendiri.Terlihat
berseliweran di keramaian,berpenampilan necis,berbekal brosur,majalah
bahkan kitab suci mereka.Nenek di tempatku bekerja pun pernah menjadi
sasaran.Berpapasan di jalan dan ditanya.


¡Apa kepercayaanmu?¢Nenek yang penganut Budha pe de menjawab.

¡Aku percaya diri sendiri¢.He he ada ada saja.

Aku sendiri bermental krupuk,gampang menyerah dengan keadaan.Pernah
kudapatkan brosur dalam mendukung saudara di Palestina yang memuat
daftar merk dagang kroni Yahudi yang diblokir.Bila ada kesempatan aku
berusaha membaginya pada teman-teman,terkadang aku sisipi artikel yang
mengupas tentang kekejaman Israel.Ada beberapa respons bagus,namun
pernah suatu kali salah satu teman mengucap dengan lantang.

¡Alah,semua produk yang kita pakai memang punya Yahudi kok,mau
gimana lagi¢,kemudian brosur itu bernasib sama dengan kertas tak
berguna di tong sampah.Ada rasa nyeri yang menyusup,namun ingin
menghindari konflik dengan sesama teman yang aku pertimbangkan.Bila
saja dia orang yang tak ku kenal,mungkin sikapku akan lain.Sejak
kejadian itu,terbersit rasa enggan untuk membagi-bagikan brosur
lagi.Ada perasaan was-was dengan reaksi yang akan aku
terima.Astaghfirullah,melihat para seminari itu aku nampak seperti
pecundang.

Membayangkan bagaimana Rasul juga para Tabi¢in Tab¢iahum dalam
membabat rimba kemungkaran mengubah ma¢ruf.Menjadi musafir hanya demi
menegakkan agama Allah dari satu tempat ke daerah lain dengan kultur
yang beragam.Mencari cara agar bisa diterima di tempat dimana mereka
singgah,sebuah nilai plus yang butuh metode tersendiri.Bisa dijadikan
cermin dalam memantau semangat kita.

Berdakwah,bukankah wajib bagi tiap muslim?Tak hanya berlaku bagi
mereka yang biasa naik ke mimbar,namun tanggungjawab pribadi untuk
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh.Persiapan memang perlu.Hal itu
bisa memotivasi kita untuk terus belajar dalam mengeruk ilmu yang
diimbangi dengan pengamalan sejauh pengetahuan itu berjalan.
¡Amalkanlah meski satu ayat¢(Al-Hadist)

Bila ditinjau lebih dalam, perilaku keseharian bisa menjadi sarana
dakwah tanpa kita menyadari.Mengamalkan apa yang kita terima semaksimal
mungkin..Terus berproses untuk menjadi muslim sejati.Laiknya tiang
Islam berdiri kokoh gemilang menyinari bumi Allah dimana kemaksiatan
selalu berusaha mengusamkannya.Sehingga non muslim akan melihat
keagungan Islam,kemuliaan Rosul Sang Penyampai dan kaum yang memiliki
akhlak terpuji.Dengan keajaiban Allah bisa saja hatinya akan tergerak.



Dakwah juga salah satu ujud kasih sayang terhadap sesama untuk
menghindarkan mereka dari siksa api neraka.Takdir memang telah
tertulis,namun Allah Maha Mendengar dan Pengabul bagi para hambanya
yang berusaha mencari kebenaran.Mungkin saja,cahaya Islam bisa mereka
nikmati melalui tangan kita.

Berfastabikul khoirot dalam meraih rido akherat,bila langkah kita
surut maka kesempatan emas itu akan terenggut.Berdakwahlah dengan
kemampuanmu wahai saudaraku.Bisa saja sapaan kecilmu menjadi jalan yang
menuntun menuju terang.Tugas dakwah bukan semata milik para ulama,namun
kita semua hamba Allah yang telah mengecap ilmuNya dan wajib
menyebarkannya.

Berusahalah mencari yang benar,jadilah saling akrab,dan sampaikanlah kabar gembira(Al Hadist)

Wallahualam Bishawab

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post