Amal yang Tetap Bermakna


Amal yang Tetap Bermakna
Bersama KH. Abdullah Gymnastiar
Majalah Shaff Edisi 19 Th.II Oktober-Nopember 2008

------------ --
Berhati-hatilah
bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan
tersebut merupakan tanda-tanda keikhlasannya belum sempurna. Karena
aktivitas ibadah yang dilakukan secara temporal tiada lain, ukurannya
adalah urusan duniawi. Ia hanya akan dilakukan kalau sedang butuh,
sedang dilanda musibah, atau sedang disempitkan oleh ujian dan
kesusahan. Bagi yang amalnya temporal, ketika menjelang pernikahan
tiba-tiba aja ibadahnya jadi meningkat, shalat wajib tepat waktu,
tahajud nampak khusyuk, tapi anehnya ketika sudah menikah, jangankan
tahajud, shalat subuh pun terlambat. Ini perbuatan yang memalukan.
Sudah diberi kesenangan, justru malah melalaikan perintah-Nya. Harusnya
sesudah menikah berusaha lebih gigih lagi dalam ber-taqarrub kepada
Allah swt. sebagai bentuk ungkapan rasa syukur.

Ketika
berwudhu, misalnya, ternyata di samping ada seorang ulama yang cukup
terkenal dan disegani, wudhu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba
dibagus-baguskan. Lain lagi ketika tidak ada siapa pun yang melihat,
wudhu kitapun kembali dilakukan dengan seadanya dan lebih dipercepat.

Atau ketika menjadi
imam shalat, bacaan Quran kita kadangkala digetar-getarkan atau
sedih-sedihkan agar orang lain ikut sedih. Tapi sebaliknya ketika
shalat sendiri, shalat kita menjadi kilat, padat, dan cepat. Kalau
shalat sendirian dia begitu gesit, tapi kalau ada orang lain jadi
kelihatan lebih bagus. Hati-hatilah bisa jadi ada sesuatu dibalik
ketidakikhlasan ibadah-ibadah kita ini. Karenanya kalau melihat
amal-amal yang kita lakukan jadi melemah kualitas dan kuantitasnya
ketika diberi kesenangan, maka itulah tanda bahwa kita kurang ikhlas
dalam beramal.

Hal ini berbeda dengan hamba-hamba- Nya yang telah menggapai maqam ikhlas, maqam
dimana seorang hamba mampu beribadah secara istiqamah dan terus-menerus
berkesinambungan. Ketika diberi kesusahan, dia akan segera saja
bersimpuh sujud merindukan pertolongan Allah swt. Sedangkan ketika
diberi kelapangan dan kesenangan yang lebih lagi, justru dia semakin
bersimpuh dan bersyukur lagi atas nikmat-Nya ini.

Orang-orang
yang ikhlas adalah orang yang kualitas beramalnya dalam kondisi ada
atau tidak ada orang yang memperhatikannya adalah sama saja. Berbeda
dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru akan dilakukan lebih
bagus ketika ada orang lain memperhatikannya, apalagi bila orang
tersebut dihormati dan disegani

Sungguh suatu keberuntungan yang
sangat besar bagi orang-orang yang ikhlas ini. Betapa tidak?
Orang-orang yang ikhlas akan senantiasa dianugerahi pahala, bahkan bagi
orang-orang ikhlas, amal-amal mubah pun pahalanya akan berubah jadi
pahala amalan sunah atau wajib. Hal ini akibat niatnya yang bagus.

Maka,
bagi orang-orang yang ikhlas, dia tidak akan melakukan sesuatu kecuali
ia kemas niatnya lurus kepada Allah swt. saja. Kalau hendak duduk di
kursi diucapkannya, "Bismilahirrahmanir rahiim, ya Allah..
semoga aktivitas duduk ini menjadi amal kebaikan". Lisannya yang bening
senantiasa memuji Allah swt. atas nikmatnya berupa karunia bisa duduk
sehingga ia dapat beristirahat menghilangkan kepenatan. Jadilah
aktivitas duduk ini sarana taqarrub kepada Allah swt..

Kedahsyatan
lain dari seorang hamba yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal,
walaupun sebenarnya belum menyempurnakan amalnya, bahkan belum
mengamalkannya. Inilah istimewanya amalan orang yang ikhlas. Suatu saat
hati sudah meniatkan mau bangun malam untuk tahajud, "Ya Allah... saya
ingin tahajud, bangunkan jam 03.30 ya Allah..". Weker pun diputar,
istri diberi tahu, "Mah, kalau mamah bangun duluan, bangunkan Papah.
Jam setengah empat kita akan tahajud. Ya Allah.. saya ingin bisa
bersujud kepadamu di waktu ijabahnya doa". Berdoa dan tidurlah ia
dengan tekad bulat akan bangun tahajud.

Sayangnya, ketika
terbangun ternyata sudah azan subuh. Bagi hamba yang ikhlas, justru dia
akan gembira bercampur sedih. Sedih karena tidak kebagian shalat
tahajud dan gembira karena ia masih kebagian pahalanya. Bagi orang yang
sudah berniat untuk tahajud dan tidak dibangunkan oleh Allah swt., maka
kalau ia sudah bertekad, Allah swt. pasti akan memberikan pahalanya.
Mungkin Allah swt. tahu, hari-hari yang kita lalui akan menguras banyak
tenaga. Allah swt. Mahatahu apa yang akan terjadi, juga Mahatahu bahwa
kita mungkin telah defisit energi karena kesibukan kita terlalu banyak.
Hanya Allah swt-lah yang menidurkan kita dengan pulas.

Sungguh
apapun amal yang dilakukan seorang hamba yang ikhlas akan tetap
bermakna, akan tetap bernilai, dan akan tetap mendapatkan balasan
pahala yang setimpal. Subhanallah. ***

------------ -----
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post