Shalat Gerhana


Shalat Gerhana

Ketika terjadi gerhana umat Islam disunnahkan shalat gerhana serta
memperbanyak istighfar dan shadaqah. Tentu saja, renungan ayat-ayat
kauniyah juga harus ada, bukan sekadar aspek ibadahnya. Oleh
karenannya sangat disarankan pada saat puncak gerhana, jamaah
berkesempatan juga untuk melihat langsung proses gerhananya, bagaimana
bulan menutup piringan matahari sedikit demi sedikit, lalu keluar lagi
dari piringan matahari.

Kapan waktu shalat gerhana? Gerhana matahari waktunya ditentukan oleh
gerakan bayangan bulan melintasi suatu daerah. Jadi, berbeda dengan
gerhana bulan, kita harus melihat data gerhana untuk setiap daerah.
Kalau tidak cermat, kita bisa mengumumkan informasi yang keliru,
seperti yang termuat di Harian PR Selasa, 20 Januari 2009 tentang
seruan ormas-ormas Islam terkait dengan gerhana. Pada pengumuman itu
waktu gerhana merujuk pada data global gerhana matahari.

Untuk gerhana matahari 26 Januari 2009, seluruh wilayah Indonesia
dapat menyaksikan gerhana menjelang matahari terbenam. Waktu gerhana
di Bandung mulai pukul 15.20 - 17.49 WIB. Untuk daerah-daerah lain di
Indonesia
, waktu gerhana sekitar waktu itu plus-minus 10 menit. Jadi,
kalau perlu mengumumkan ke semua cabang ormas Islam di seluruh
Indonesia, disarankan rentang waktu shalat gerhana antara pk 15.40 -
17.30 WIB.

Bagaimana cara shalat gerhana? Shalat gerhana dilakukan berjamaah di
masjid dan sesudahnya ada khutbah, seperti shalat hari raya (Id)
dengan bacaan Al-Quran yang terdengar. Caranya seperti shalat hari
raya 2 rakaat, hanya setiap rakaat ada dua kali ruku. Jadi, setelah
ruku pertama yang agak panjang kembali berdiri lalu membaca Al-Fatihah
dan surat lainnya baru ruku lagi dan sujud seperti biasa. Khutbah
berisi anjuran istighfar (mohon ampunan Allah), bershadaqah, dan
menjelaskan tentang fenomena gerhana.

Apa sih maknanya? Gerhana adalah peristiwa alam yang menunjukkan
ketundukan alam pada Khaliqnya (Penciptanya) . Maka selayaknya kita
juga menunjukkan ketaatan kepada Allah dengan melakukan shalat
gerhana. Matahari dan bulan tak pernah penyalahi hukum-Nya, sehingga
manusia pun dapat memperkirakan secara tepat waktu terjadinya gerhana.
Manusia karena nafsunya sering kali, sengaja atau tak sengaja,
menyalahi hukum Allah, maka sudah selayaknya peristiwa gerhana
mengingatkan kita untuk memperbanyak istighfar.

Matahari dan bulan bisa beriringan dan berdampingan memperlihatkan
keharmonisan yang kadang menunjukkan fenomena cincin atau mahkotanya
yang indah (korona) yang biasanya tidak terlihat. Ini mengajarkan kita
untuk juga dapat berjalan beriringan dan berdampingan dengan sesama
manusia, maka sudah selayaknya itu direpresentasikan dalam bentuk
anjuran memperbanyak shadaqah. Lalu khatib pun perlu mengingatkan
bahwa gerhana matahari adalah fenomena alam yang tidak terkait dengan
kelahiran atau kematian seseorang dan tidak terkait dengan nasib
manusia atau bencana alam, tetapi merupakan sebagian tanda-tanda
kebesaran-Nya di alam.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post